Bulan ini, aku mendapat giliran berbelanja untuk komunitas. Maka Rabu kemarin, aku dan Yan pergi berbelanja ke Carrefour Cempaka Mas. Kami berangkat naik Transjakarta dan pulang dengan taksi karena belanjaan yang amat banyak. Untuk menuju ke arah Senen, taksi harus berputar dulu agak jauh. Jalanan macet sekali. Waktu itu sekitar jam setengah
“Oom, gopek Oom.”
Aku hanya diam. Aku sebenarnya ingin memberikan sedikit uang, entah seribu atau
“Oom, gopek Oom. Ah, Oom pelit. Pelit!”
Seorang banci lewat, menggoyang-goyang alat musiknya yang terbuat dari susunan tutup botol. Aku menolak memberi juga, dan banci itu hanya mengumpat,”K****l”, lalu pergi. Bagiku, menghadapi sikap-sikap seperti banci ini lebih mudah. Tak diberi lalu pergi. Tapi, anak ini, bagaimana aku harus bersikap. Dan, ia terus saja merengek di balik kaca. Aku hanya menatapnya tak berdaya. Aku tak tahu juga harus berbuat apa.
Oh, begini kejamkah hidup? Aku dibuat tak berdaya menghadapi kemiskinan dan kenyataan, tapi juga tawaran berbuat baik. Tawaran itu datang kini dan di sini. Tapi aku melewatkan kesempatan itu. Orang macam apa aku ini, membuat terlalu banyak alasan hanya untuk menghindarkan diri dari sikap menerima tawaran itu. Akankah nanti aku dianggap sebagai orang yang tidak mau memperhatikan Tuhan karena tidak memperhatikan yang terkecil di antaraku???