Friday, November 07, 2008

Urgensi!!!

Bulan ini, aku mendapat giliran berbelanja untuk komunitas. Maka Rabu kemarin, aku dan Yan pergi berbelanja ke Carrefour Cempaka Mas. Kami berangkat naik Transjakarta dan pulang dengan taksi karena belanjaan yang amat banyak. Untuk menuju ke arah Senen, taksi harus berputar dulu agak jauh. Jalanan macet sekali. Waktu itu sekitar jam setengah lima sore. Di suatu perempatan, karena jalanan yang amat macet itu, kami harus berhenti agak lama. Tempat itu ternyata merupakan tempat mangkalnya anak jalanan dan banci-banci. Tiba-tiba satu anak jalanan mendekati taksi kami dan mulai meminta uang.

“Oom, gopek Oom.”

Aku hanya diam. Aku sebenarnya ingin memberikan sedikit uang, entah seribu atau limangelem misalnya. Sempat juga terlintas untuk memberikan salah satu snack yang kami beli tadi. Tapi, itu di bagasi belakang. Sementara itu, si anak terus merengek di kaca mobil sampingku. ratus, tapi ini bukan uangku. Ini uang komunitas. Selain itu, aku takut kalau-kalau ada banci yang justru menyerbu ke taksi kami. Lagipula, siapa yang menjamin kalau uang yang kuberikan digunakan untuk makan, bukan untuk

“Oom, gopek Oom. Ah, Oom pelit. Pelit!”

Seorang banci lewat, menggoyang-goyang alat musiknya yang terbuat dari susunan tutup botol. Aku menolak memberi juga, dan banci itu hanya mengumpat,”K****l”, lalu pergi. Bagiku, menghadapi sikap-sikap seperti banci ini lebih mudah. Tak diberi lalu pergi. Tapi, anak ini, bagaimana aku harus bersikap. Dan, ia terus saja merengek di balik kaca. Aku hanya menatapnya tak berdaya. Aku tak tahu juga harus berbuat apa.

Oh, begini kejamkah hidup? Aku dibuat tak berdaya menghadapi kemiskinan dan kenyataan, tapi juga tawaran berbuat baik. Tawaran itu datang kini dan di sini. Tapi aku melewatkan kesempatan itu. Orang macam apa aku ini, membuat terlalu banyak alasan hanya untuk menghindarkan diri dari sikap menerima tawaran itu. Akankah nanti aku dianggap sebagai orang yang tidak mau memperhatikan Tuhan karena tidak memperhatikan yang terkecil di antaraku???